Tahun ini sungguh penuh hal-hal yang mengejutkan. Kita 'dipaksa' banyak berdiam di rumah karena pandemi melanda hampir di seluruh belahan bumi. Anak-anak bersekolah daring dari rumah masing-masing. Para bapak bekerja dari rumah, meski sesekali masih datang ke kantor dengan protokol ketat. Dan para ibu pun terpaksa ngga bisa berlama-lama refreshing di pasar 😄

Ya sudah dinikmati saja.

Buat aku sih kewajiban stay at home ngga terlalu menggelisahkan ya, karena memang sudah lama aku berhenti bekerja di luar rumah. Bahkan sebelum Bimo lahir. Pergi keluar rumah memang hanya kalau diperlukan saja. Beruntungnya, profesi yang aku jalani sekarang ini nyaris 100% bisa dikerjakan di rumah.

Beberapa tahun terakhir ini aku cukup aktif memotret makanan. Kadang makanan hasil karya sendiri, tetapi lebih sering terima job dari klien. Profesi sebagai fotografer makanan ini aku kerjakan disela waktu bermain dengan Bimo. Tepatnya waktu dia tidur siang. Lumayanlah ada jeda waktu 2 jam utk 'bekerja'.
 
Sebagian hasil foto produk teman-teman UKM di Malang

Selain motret, sesekali aku buka kelas belajar Food Photography juga supaya otak ngga tumpul termakan umur 😅 Alhamdulillaah di tengah pandemi begini, ilmu tentang foto makanan menjadi sangat digemari. Mungkin karena situasi yang mengharuskan kita berdiam di rumah, lalu mencari kesibukan dengan menerima pesanan makanan. Kemudian berpikir, bahwa mereka harus juga bisa motret supaya foto makanan yang dibuat juga harus cakep untuk menarik pembeli. Jadilah mereka ikut kursus belajar memotret kan? Apalagi hari gini hampir semua kegiatan belajar-mengajar dilakukan secara daring. 

Dengan bertambahnya kegiatanku mengajar, mau ngga mau mesti berpikir kan? Mengasah skill, mempelajari ilmu baru yg selama ini aku belum ngerti, diskusi dengan para senior, menambah jam terbang, maasyaa Allaah. Ternyata mengajar lebih melelahkan lho daripada maraton motret.. Ngga jarang juga jam istirahat berkurang karena harus menyiapkan materi kelas. Baik berupa tulisan, audio, sampai video tutorial. Cukup melelahkan. 

Behind the scene yang selalu dinanti bocorannya oleh peserra kelas food photography.

Untuk mengatasi lelah, biasanya aku cukupkan istirahat jika sedang senggang, dan sebisa mungkin mengkonsumsi minuman tradisional yang alami supaya aman dari efek samping yang berlebih. Apalagi pekerjaan sebagai food photographer ini rentan kena kolesterol kan ya? Bagaimana tidak, segala macam makanan selalu 'tersedia' untuk diicip. Iya dong, kalau kita ngga tahu rasanya, bagaimana bisa kelezatannya ditampilkan di dalam sebuah foto dua dimensi? Minimal iciplah sesuap, dua suap, tiga suap, eh, kok sudah habis aja?  Ahahaha.. Sungguh profesi yang penuh tantangan: bagaimana tetap menjaga kesehatan bebas kolesterol dan tetap (ingin) langsing sementara hampir setiap hari dihadapkan dengan berbagai macam jenis makanan. Berat.

Nah, balik lagi ke minuman herbal tadi. Selain minuman Beras Kencur dan Kunir Aaem, salah satu favoritku adalah minuman Temulawak. Rasanya unik, asam getir tapi enak 😀 Kalau bikin sendiri jelas ribetlah. Dasar aku maunya yang praktis, bahagia banget ada Herbadrink yang punya banyak varian minuman herbal instan. Favoritku ini, Sari Temulawak Sugar Free. Enak banget, mau diminum anget atau dingin, bebaskan aja!
 
Herbadrink Sari Temulawak favorit.

Selain enak dan bisa mengurangi pegal-pegal, ternyata Sari Temulawak ini khasiatnya bagus banget, terutama untuk yg bermasalah dengan kolesterol. Apalagi masa pandemi begini, banyak dari kita yang makin rajin mengunyah 😀 Camilan pun jadi menu wajib harian selain makanan pokok. Dari kerupuk, bakwan goreng, puding cokelat, sampai kue-kue yang banyak pakai kuning telur, semuanya menyelerakan. Nah, inilah alasannya kenapa kita perlu mengimbanginya dengan mengkonsumsi minuman tradisional berbahan alami seperti Herbadrink Sari Temulawak Sugar Free ini ya pemirsa.
 
Jangan lupa juga, istirahat yang cukup dan olahraga teratur supaya badan tetap sehat dan ngga mudah capek.