Apa kabar pandemi? Semoga setelah 2 tahun ini grafiknya makin menurun ya Bun..
Hampir 1.5 taun ini kita benar² harus bisa menahan diri untuk ngga berkumpul dengan teman² se-genk, ngga piknik ke tempat umum, ngga nongkrong di kafe, dan segala macam kegiatan yg melibatkan orang banyak. Semua dilakukan secara online. Bahkan ngopi bareng pun sembari Zoom meeting. Bener kan?
|
Maak, kangen ngabotram maakk.. |
|
Pengen gak? Pengen gak? |
Buat yang mager males keluar rumah, banyak banget layanan pesan antar yang memungkinkan semua orang bisa mengakses makanan kesukaan, bahkan kuliner baru yang unik, tanpa harus keluar rumah. Aku salah satunya πBerhubung beberapa pekan terakhir ini PPKM sudah mulai longgar, kegiatan berkumpul sudah mulai bisa dilakukan meski terbatas. Beberapa restoran sudah mulai menerima pelanggan dine-in. Kesempatan jajan dong kita!
|
Meski jajan makanan dari luar, tetep harus diperhatikan kebersihannya ya Bun.. |
Urusan jajan ini menurut aku sedep² gimanaa gitu . Karena kita kan ngga bisa ngontrol bagaimana standar higienitas mereka, bagaimana cara pengolahan bahan mentahnya, cara memasaknya, endebra, endebre. Semua itu di luar kuasa kita, Bun. Meski kita perempuan adalah ratu rumah tangga penguasa dapur dan segala isinya, tapi itu kan kuasa di rumah sendiri π€
|
Masakan dari dapur sendiri in syaa Allaah lebih terjamin karena kita sendiri yg awasi prosesnya mulai dr pemilihan bahan. |
Kalau di dapur sendiri, kitalah penanggung jawab utama untuk kebersihan dan higienitas makanan yg kita masak dan hidangkan untuk keluarga tersayang. Ngga mungkin lah kita sembarangan kan? Kalau kita sembrono, efek sampingnya itu lho, mana tahan Bun. Salah makan bisa berabe, kita yang susah.. Eh, malah curhat gimana..
|
Beberapa tips sanitasi yg bisa kita terapkan di rumah sebagai antisipasi penyakit food borne disease. |
Yang bisa kita lakukan adalah membentengi diri dan keluarga kita sendiri. Mulai dari hal² sederhana seperti cuci tangan dengan sabun sebelum makan, pakai peralatan makan milik sendiri, sterilisasi kemasan makanan sebelum dibuka, reheating makanan kalau perlu, dan lain sebagainya. Semua upaya ini dilakukan supaya diri kita (dan keluarga) terhindar dari penyakit yang berasal dari makanan, terutama yg berasal dari luar rumah.
Nah, pada tanggal 11 November 2021 kemarin, berkenaan dengan Hari Kesehatan Nasional, tim CSR Sanofi Pasteur Indonesia mengadakan peluncuran kampanye #SantapAman yg bertujuan mengedukasi masyarakat untuk aware terhadap penyakit tifoid ini. Pada acara yg berlangsung serentak di tiga platform sosial media online (Zoom, Instagram, dan YouTube) dihadirkan 3 nara sumber yg kompeten di bidangnya;
- dr. Dhani Arifandi T. (Head of Medical Sanofi Pasteur Indonesia)
- dr. Suzy MariaMaria, Sp. PD, K-AI (Dokter Spesialis Penyakit Dalam)
- William Gozali a.k.a Chef Willgoz
Kenapa kampanye #SantapAman?
Jadi gini, di Indonesia ini masih ada endemi penyakit demam tifoid yang disebabkan oleh makanan yg terkontaminasi bakteri Salmonella Typhi. Kampanye ini bertujuan memberikan pemahaman yang lebih baik bagi masyarakat Indonesia mengenai pentingnya kebersihan makanan atau minuman serta melakukan vaksinasi tifoid untuk mencegah demam tifoid.
Vaksinasi tifoid ini adalah upaya pamungkas kita untuk mencegah penyakit demam tifoid dari dalam, selain upaya yg kita lakukan dari diri sendiri.
Selain itu, tujuan kampanye #SantapAman ini adalah untuk mensosialisasikan pentingnya mendapatkan vaksinasi untuk mencegah penyakit menular melalui makanan atau food borne disease terutama penyakit tifoid. Melalui vaksinasi, tubuh mendapatkan perlindungan ekstra dan kita bisa menyantap berbagai makanan dan minuman tanpa rasa khawatir.
Sebentar, bagaimana bakteri ini bisa mencemari makanan sih?
Hmm, ternyata salah satu penyebabnya adalah penanganan dan pengolahan bahan makanan yang kurang tepat. Menurut Chef Willgoz, seorang chef harus paham betul bagaimana cara perlakuan terhadap bahan makanan sampai cara memasaknya. Contoh gampangnya, penggunaan talenan. Ini harus dibedakan antara talenan untuk daging merah, daging putih, ikan, dan sayur/buah. Jangan sampai bakteri yang ada di dalam daging mentah, misalnya, mencemari sayuran yang akan kita olah. Maka itu, di pasaran dijual satu set talenan yang beraneka warna sesuai peruntukannya.
Ribet? Iya sih.. Tapi ini kan untuk kesehatan pencernaan kita juga. Untuk menghindari penyakit yang berasal dari makanan itu tadi.
Lha kalau kita jajan makanan dari luar, gimana?
Ya seperti yang tadi aku tuliskan di awal, karena ngga bisa kontrol mereka, jadi kitalah yang harus berupaya membentengi diri sendiri.
Seperti yang disampaikan oleh dr.
Dhani Arifandi T., “Di kampanye #SantapAman, kami mengajak semua pihak agar
senantiasa menjaga higienitas saat menyiapkan makanan, rutin mencuci
tangan, dan selangkah lebih maju dengan memberikan perlindungan untuk
diri serta keluarga dari risiko penularan penyakit melalui makanan dengan melakukan vaksinasi tifoid agar kita lebih tenang
saat menyantap makanan favorit.”
Selanjutnya ditambahkan oleh dr. Suzy Maria, Sp.PD, K-AI., “Food
borne disease seperti demam tifoid dapat dicegah dengan cara menjaga
sanitasi dan higienitas pribadi dan menghindari kontak dengan penderita.
Mengingat Indonesia masih merupkan negara endemik tifoid, maka
vaksinasi merupakan langkah optimal serta efektif untuk mencegah demam
tifoid. Cara kerja vaksinasi untuk penyakit tifoid yaitu meningkatkan
sistem imun tubuh untuk melawan infeksi bakteri Salmonella Typhi.
Vaksinasi dapat dilakukan mulai usia dua tahun ke atas dan untuk
mendapatkan perlindungan maksimal, seseorang direkomendasikan mendapat
vaksinasi tifoid setiap tiga tahun sekali.”
Fyi, di
Indonesia, demam tifoid termasuk penyakit endemik, sebab prevalensi
demam tifoid yang cukup tinggi yaitu mencapai 500 kasus per 100.000
penduduk per tahun. Berdasarkan studi yang dilakukan di daerah kumuh di
Jakarta, diperkirakan insidensi demam tifoid adalah 148.7 per 100.000
penduduk per tahun pada rentang usia 2 – 4 tahun, 180.3 pada rentang
usia 5–15 tahun dan 51.2 pada usia diatas 16 tahun.
|
Kenali gejalanya.
|
Salah satu jenis vaksin tifoid yang umum digunakan adalah vaksin tifoid injeksi Polisakarida Vi. Data setelah pemantauan selama 20 bulan menunjukkan vaksin tifoid jenis ini memberikan perlindungan terhadap penyakit tifoid sebesar 74%. Vaksin ini bisa diperoleh di Rumah Sakit atau Klinik Vaksin terdekat. Tetapi pastikan terlebih dahulu ketersediannya. Ngga repot kok, hanya satu dosis per tiga tahun, dan bisa diberikan juga untuk balita di atas usia 2 tahun.
Lebih jauh menurut dr.
Dhani Arifandi T., "Di Sanofi Pasteur, kami berkomitmen menjadi mitra
kesehatan terpercaya yang menyediakan perlindungan kesehatan berkualitas
melalui vaksin dan mengedukasi berbagai pihak mengenai pentingnya
vaksinasi."
Jadi, tunggu apa lagi? Segera lakukan vaksin tifoid sebagai upaya perlindungan maksimal agar terhindar dari penyakit demam tifoid ini. Kalau mau tau lebih detil lagi, bisa follow akun @kenapaharusvaksin di Instagram. Lengkap!
Oya, satu lagi tips jajan yang in syaa Allaah lebih aman: beli ke teman sendiri yang memang punya usaha kuliner!
Selain kita bisa membantu memutar roda perekonomian kalangan terdekat, kalau teman sendiri ngga mungkin macem² deh.. Mereka pasti akan menjaga nama baik dan kepercayaan dengan teman sendiri kan?
Jadi, tunggu apa lagi? Segera vaksin dan ayo jajan!